Sabtu, 08 Agustus 2009

Sekilas tentang "KOLAK"

Asal usul Dusun Kolak, konon dibabat oleh Mbah Sholeh bin Harun An-Nur (yang lebih dikenal dengan Mbah Harontanu). Tidak diketahui secara pasti, siapa sebenarnya Mbah Sholeh ini. Tetapi, yang diketahui hanya makam beliau yang terletak di sebelah barat langgar Mbah H Umar (sekarang ditempati oleh KH Abd Mujib Zuhri).

Nama dusun ini tidak bisa dilepaskan dari dua hal. Pertama, istilah Kolak, yaitu nama salah satu minuman penghilang dahaga. Kedua, istilah Kolah, sebuah istilah yang menunjuk pada air yang sangat banyak, melimpah-ruah. Kedua istilah ini akan turut menjadi saksi sejarah bagi perkembangan dusun Kolak di kemudian hari.

Istilah Kolak sendiri diambil dari seorang bakul kolak bernama Sireng yang berjualan di sebuah gerdon (gardu ronda). Tempat gerdon itu sekarang dibangun perikanan, tepatnya menghadap ke jalan menuju rumah Mbah Podiran (Mbah H Abdusshomad) yang sekarang ditempati KH Dlofir Ismail.

Sedang istilah Kolah diambil dari adanya sebuah sumber air yang berada disebelah gerdon. Sumber air ini dikenal dengan sumber Gentong. Dulu, sumber air tersebut sangat melimpah-ruah (berkolah-kolah) sehingga sering disebut kolah.

Dengan adanya kenyataan dua hal di atas; ada minuman kolak dan kolah, dusun ini menjadi ramai. Setidaknya bagi para pedagang hasil bumi dari selatan Kediri yang pergi maupun pulang dari pasar kuto Kediri. Mereka melepas lelah sambil menikmati kolak dan mandi di sumber Gentong. Tidak aneh jika setiap saat berderet dokar-dokar di sekitar warung kolak. Dari kisah keberadaan bakul kolak dan sumber Gentong itulah kemudian lahir nama Dusun Kolak untuk menandai tempat tersebut.

Saat ini, Dusun Kolak termasuk Desa Wonorejo, tepatnya jalur jalan raya antara Kediri – Tulungagung dan jaraknya sekitar 06 km dari alun-alun kota Kediri. Desa Wonorejo, dulu dikenal sebagai suatu daerah hunian di tepi sungai Berantas, sebelah barat Dusun Kolak. Akibat terjadi banjir bandang tahun 1955, warga Wonorejo termasuk Dusun Pilang yang berada di sebelah utaranya melakukan bedhol deso, pindah ke suatu daerah tegalan yang sekarang disebut Dusun Tegalrejo. Kedua dusun ini masuk dalam Pemerintahan Desa Wonorejo.

Gambaran secara umum masyarakat Dusun Kolak dahulu dibagi menjadi 2 batas, yaitu selatan kali dan utara kali. Di sebelah utara kali, dapat dikatakan kaum santri, sedang sebelah selatan merupakan penduduk abangan.

Akan tetapi sejak Mbah Moelyo (Mbah H Oesman) bertempat tinggal di selatan kali (sekarangmenjadi tempat Mbah H Salim), sedikit demi sedikit kehidupan masyarakat yang bercorak abangan makin berkurang. Masyarakat yang berada di sebelah selatan kali mulai melaksanakan shalat dan mau ngaji Al-qur'an, dan belajar ilmu syariat yang lain. Semua itu merupakan buah dari hasil jerih-payah dari beliau Mbah H Oesman bin Podiran/Soeroredjo/H Abdusshomad).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar